Tenun Rapi Dino

🌿 RAPI DINO – Melestarikan Tenun Tradisional Ternate 🌿

Rapi Dino berasal dari bahasa Ternate yang berarti kain tenun. Menenun telah menjadi tradisi turun-temurun masyarakat Ternate, khususnya di lingkungan Koloncucu, Kelurahan Toboleu. Sejak ratusan tahun lalu, tradisi ini diwariskan dari generasi ke generasi menggunakan alat tenun gedogan—sebuah teknik tradisional yang sarat nilai budaya.

Namun, seiring perkembangan zaman, jumlah penenun semakin berkurang. Hingga tahun 2021, tercatat hanya ada 4 orang penenun aktif yang masih menjaga tradisi ini. Kondisi ini tentu mengkhawatirkan, karena tanpa regenerasi, warisan berharga ini terancam punah.

Melihat hal tersebut, pada tahun 2022, Pemerintah Kota Ternate melalui Disperindag bekerja sama dengan Dekranasda Kota Ternate melakukan pelatihan dan pendampingan khusus. Tujuannya adalah untuk meregenerasi penenun muda sekaligus melakukan diversifikasi teknik menenun dengan memperkenalkan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Hasilnya, jumlah penenun meningkat menjadi 12 orang, baik yang menggunakan gedogan maupun ATBM, dengan produk yang semakin bervariasi: kain tenun, selendang, syal, taplak, hingga sajadah.

Upaya pelestarian ini berlanjut. Pada tahun 2023, Bank Indonesia Perwakilan Maluku Utara turut mendukung dengan memberikan pelatihan lanjutan sekaligus fasilitas alat dan bahan baku. Jumlah penenun pun bertambah menjadi 14 orang penenun gedogan dan 6 orang penenun ATBM.

Kini, Rapi Dino bukan hanya sekadar tenun tradisional, melainkan simbol semangat untuk menjaga identitas budaya Ternate agar tetap hidup di tengah masyarakat modern. Proses pelatihan dan pendampingan masih terus dilakukan hingga sekarang, dengan harapan dapat melahirkan lebih banyak penenun muda yang kreatif, sehingga produk tenun Ternate semakin berkualitas, inovatif, dan mampu bersaing di pasar yang lebih luas.

🌟 RAPI DINO – Tenun Tradisional Ternate, Warisan Budaya yang Terjaga dan Terus Berkembang. 🌟